Orang sering salah menjawab bila ditanya siapa manusia pertama yang mengudara. Mayoritas akan menjawab Oliver & Wilber Wright dari Amerika Serikat yang terbang pada tahun 1900. Padahal mereka hanya menyempurnakan bentuk sayap dan menambahkan mesin pada bangun pesawat yang sudah lama dikenal. Leonardo da Vinci (1452-1519) dari Italia dan Otto Lilienthal (1848-1896) dari Jerman telah mendahuluinya.
Tetapi ternyata jauh sebelumnya semua sudah didahului oleh seorang Muslim, Abbas ibn Firnas (810-887) dari Andalusia. Sejarawan Phillip K. Hitti menulis dalam History of the Arabs, “Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying.”
Abbas ibn Firnas (810-887 M), yang juga dikenal sebagai Abbas Abu al-Qasim bin Firnas bin Wirdas al-Takurini. ia lahir di Izn-Rand Onda, Al-Andalusia (sekarang bernama Ronda, Spanyol), tinggal di Umayyah Emirat Córdoba. Ia hidup di masa kekhalifahan bani Umayyah II. Pada masa Khalifah al-Hakam I, Abdurrahman II, dan Muhammad I, yang hidup pada abad ke-9 Masehi.
Sebagaimana banyak ilmuwan Muslim di zamannya, Ibnu Firnas adalah seorang polymath, yaitu menekuni berbagai ilmu sekaligus: kimia, fisika, kedokteran, astronomi, dan bahkan menyandang kedudukan sebagai penyair di ibu kota.
Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Ibnu Firnas memakai semacam sayap burung lengkap dengan bulu-bulunya yang terbuat dari sutra. Yang telah ia hitung mampu menahan berat tubuhnya dengan prinsip kepakan sayap seperti pada burung, kelelawar atau serangga. Dia mencoba alatnya ini dari pertama-tama dari sebuah menara masjid di Cordoba pada tahun 852 M. Dia terbang dengan dua sayap. Ibnu Firnas sempat terjatuh. Untung dia melengkapi diri dengan baju khusus yang dapat menahan laju jatuhnya. Baju khusus ini adalah cikal bakal parasut.
Tahun 875 M, pada usianya yang sudah 65 tahun dia melakukan percobaan terbangnya yang terakhir, menggunakan pesawat layang yang merupakan cikal bakal gantole. Percobaan kali itu dilakukan dari menara di gunung Jabal al-‘Arus dekat Cordoba dan disaksikan banyak orang yang antusias dengan percobaan-percobaan Ibnu Firnas selama itu, meski sebagian menyangka Ibnu Firnas gila dan mengkhawatirkan keselamatannya.
Saksi mata menyebutkan bahwa dia berhasil terbang, melakukan manuver, dan menempuh jarak terbang yang cukup signifikan. Namun sayang dia gagal mendarat ke tempatnya dengan mulus sehingga mengalami cedera parah di punggungnya.
Usaha percobaan ini sejalan dengan tantangan Allah di surat Ar-Rahman, “Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (Qs. Ar Rahmaan:33)
Dan surat al-Anfaal, ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya”. (Qs. Al Anfaal :60)
Ibnu Finas meninggal pada tahun 888 M. Dia menemukan berbagai teknologi seperti jam air (jam yang dikendalikan oleh aliran air yang stabil), gelas tak berwarna, lensa baca, alat pemotong batu kristal hingga peralatan simulasi cuaca yang konon juga mampu menghasilkan petir buatan, meski masih teka-teki bagaimana Ibnu Firnas menghasilkan listriknya.
Sebagai penghormatan pada Ibnu Firnas, sebuah lapangan terbang di Baghdad Utara dinamai Ibnu Firnas Airport. Spanyol memberi nama sebuah jembatan besar di Sevilla Abbas ibnu Firnas Bridge. Dan NASA menamai sebuah kawah di bulan dengan nama Ibnu Firnas Crater.
Prestasi umat Islam dalam sains dan teknologi sangat banyak dan berjalan konsisten selama hampir 1200 tahun. Ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia dan astronomi lebih berkembang, yaitu pada awal era Abbasiyah. Kemudian ada masa saat teknologi seperti kedokteran, geografi, pertanian, permesinan, arsitektur bahkan teknik senjata lebih berkembang, seperti pada era Utsmani. Hal ini diakui oleh banyak sejarahwan Barat. John J. O’Connor dan Edmund F. Robertson (1999) menulis dalam MacTutor History of Mathematics
IPTEK Era Khilafah menyiapkan infrastruktur yang mendukung. Dukungan negara bisa dimulai dari menjamin kebebasan akademis, pemerataan akses ilmu (pendirian sekolah, perpustakaan, observatorium, laboratorium) hingga implementasinya.
Sumber :
https://kisahmuslim.com/5402-abbas-bin-firnas-sang-penerbang-pertama.html
http://a2dcollection.blogspot.co.id/2015/12/biografi-abbas-bin-firnas-penemu.html
https://kangudo.wordpress.com/2013/07/20/abbas-ibn-firnas-perintis-awal-teknologi-pesawat-terbang/
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/05/03/manusia-pertama-di-udara/
http://www.forgottenislamichistory.com/2013/11/abbas-ibn-firnas-worlds-first-pilot.html
http://www.teknoislam.com/2016/03/iptek-era-khilafah-membangun-nalar.html
Marhaban Ya Ramadhan
==============================
Like & Share official fanspage FIMedia >>
https://www.facebook.com/fimedia/
http://fimedia.weebly.com/
Semoga Bermanfaat
==============================
Abbas ibn Firnas (810-887 M), yang juga dikenal sebagai Abbas Abu al-Qasim bin Firnas bin Wirdas al-Takurini. ia lahir di Izn-Rand Onda, Al-Andalusia (sekarang bernama Ronda, Spanyol), tinggal di Umayyah Emirat Córdoba. Ia hidup di masa kekhalifahan bani Umayyah II. Pada masa Khalifah al-Hakam I, Abdurrahman II, dan Muhammad I, yang hidup pada abad ke-9 Masehi.
Sebagaimana banyak ilmuwan Muslim di zamannya, Ibnu Firnas adalah seorang polymath, yaitu menekuni berbagai ilmu sekaligus: kimia, fisika, kedokteran, astronomi, dan bahkan menyandang kedudukan sebagai penyair di ibu kota.
Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Ibnu Firnas memakai semacam sayap burung lengkap dengan bulu-bulunya yang terbuat dari sutra. Yang telah ia hitung mampu menahan berat tubuhnya dengan prinsip kepakan sayap seperti pada burung, kelelawar atau serangga. Dia mencoba alatnya ini dari pertama-tama dari sebuah menara masjid di Cordoba pada tahun 852 M. Dia terbang dengan dua sayap. Ibnu Firnas sempat terjatuh. Untung dia melengkapi diri dengan baju khusus yang dapat menahan laju jatuhnya. Baju khusus ini adalah cikal bakal parasut.
Tahun 875 M, pada usianya yang sudah 65 tahun dia melakukan percobaan terbangnya yang terakhir, menggunakan pesawat layang yang merupakan cikal bakal gantole. Percobaan kali itu dilakukan dari menara di gunung Jabal al-‘Arus dekat Cordoba dan disaksikan banyak orang yang antusias dengan percobaan-percobaan Ibnu Firnas selama itu, meski sebagian menyangka Ibnu Firnas gila dan mengkhawatirkan keselamatannya.
Saksi mata menyebutkan bahwa dia berhasil terbang, melakukan manuver, dan menempuh jarak terbang yang cukup signifikan. Namun sayang dia gagal mendarat ke tempatnya dengan mulus sehingga mengalami cedera parah di punggungnya.
Usaha percobaan ini sejalan dengan tantangan Allah di surat Ar-Rahman, “Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (Qs. Ar Rahmaan:33)
Dan surat al-Anfaal, ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya”. (Qs. Al Anfaal :60)
Ibnu Finas meninggal pada tahun 888 M. Dia menemukan berbagai teknologi seperti jam air (jam yang dikendalikan oleh aliran air yang stabil), gelas tak berwarna, lensa baca, alat pemotong batu kristal hingga peralatan simulasi cuaca yang konon juga mampu menghasilkan petir buatan, meski masih teka-teki bagaimana Ibnu Firnas menghasilkan listriknya.
Sebagai penghormatan pada Ibnu Firnas, sebuah lapangan terbang di Baghdad Utara dinamai Ibnu Firnas Airport. Spanyol memberi nama sebuah jembatan besar di Sevilla Abbas ibnu Firnas Bridge. Dan NASA menamai sebuah kawah di bulan dengan nama Ibnu Firnas Crater.
Prestasi umat Islam dalam sains dan teknologi sangat banyak dan berjalan konsisten selama hampir 1200 tahun. Ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia dan astronomi lebih berkembang, yaitu pada awal era Abbasiyah. Kemudian ada masa saat teknologi seperti kedokteran, geografi, pertanian, permesinan, arsitektur bahkan teknik senjata lebih berkembang, seperti pada era Utsmani. Hal ini diakui oleh banyak sejarahwan Barat. John J. O’Connor dan Edmund F. Robertson (1999) menulis dalam MacTutor History of Mathematics
IPTEK Era Khilafah menyiapkan infrastruktur yang mendukung. Dukungan negara bisa dimulai dari menjamin kebebasan akademis, pemerataan akses ilmu (pendirian sekolah, perpustakaan, observatorium, laboratorium) hingga implementasinya.
Sumber :
https://kisahmuslim.com/5402-abbas-bin-firnas-sang-penerbang-pertama.html
http://a2dcollection.blogspot.co.id/2015/12/biografi-abbas-bin-firnas-penemu.html
https://kangudo.wordpress.com/2013/07/20/abbas-ibn-firnas-perintis-awal-teknologi-pesawat-terbang/
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/05/03/manusia-pertama-di-udara/
http://www.forgottenislamichistory.com/2013/11/abbas-ibn-firnas-worlds-first-pilot.html
http://www.teknoislam.com/2016/03/iptek-era-khilafah-membangun-nalar.html
Marhaban Ya Ramadhan
==============================
Like & Share official fanspage FIMedia >>
https://www.facebook.com/fimedia/
http://fimedia.weebly.com/
Semoga Bermanfaat
==============================