Maryam Al-Ijliya atau Maryam Al-Asturlabi adalah seorang Muslimah yang hidup di sekitar abad 10 atau 944 M di Aleppo, Suriah. Maryam Al Asturlabi banyak berguru dari ayahnya. Mariam merupakan salah seorang mujahidah yang sangat sedikit sekali dikisahkan dalam sejarah. Mariam merupakan seorang wanita berprestasi dalam dunia astronomi. Hal ini dikisahkan dalam bibliografi oleh Al Fihrist Ibnu al-Nadim.
Astrolabe merupakan instrumen global positioning yang menentukan posisi matahari dan planet-planet. Instrumen tersebut digunakan untuk keilmuan astronomi, astrologi, dan horoskop.
Astrolobe juga digunakan untuk mengetahui waktu dan sebagai navigasi dengan cara mencari lokasi berdasarkan lintang dan bujur. Sedangkan, bagi umat Muslim astrolobe digunakan untuk menentukan kiblat, waktu shalat, dan awal Ramadahan serta Idul Fitri.
Astrolobe dikenal dengan ponsel pintar kuno. Saat ini, kita mengenal astrolobe sebagai versi modern Global Positioning System (GPS).
Kerajinan astrolobe sangat berkembang pesat pada abad kesembilan hingga 10. Teknik ini pun tidak sembarang orang dapat menguasainya.
Ketika itu, orang yang ahli dalam membuat astrolobe disebut sebagai insinyur mesin. Mariam merupakan wanita pertama yang dikenal sebagai insinyur mesin dalam bidang astronomi.
Tapi, belum banyak artikel atau ulasan yang mengisahkan insinyur astronom wanita pertama dalam masa awal kebangkitan Islam.
Meskipun sangat sedikit disebutkan, kisah Mariam sangat dikenal di Eropa. Di kalangan ilmuwan Eropa, Mariam mendapat julukan al-Astrolobe. Dia merupakan seorang wanita Muslimah pemberani dan canggih dalam dunia ilmu pengetahuan.
Akibat keahliannya dan kepintaraanya, banyak ilmuwan Eropa yang berkiblat padanya. Sehingga, ilmu astronomi dapat berkembang pesat seperti saat ini.
Hadirnya sosok Muslimah penemu astrolobe ini, cukuplah menjadi bukti kesuksesan peradaban Islam memberi perhatian besar terhadap wanita. Islam tidak memandang wanita sebagai warga ‘kelas kedua’, yang hanya diposisikan sebagai pemuas hawa nafsu para lelaki. Namun, Islam yang berasal dari Allah SWT memandang wanita sebagai ciptaan yang mulia dan terjaga. Islam senantiasa mendorong setiap Muslim dan Muslimah untuk berlomba-lomba dalam menimba ilmu. Maryam Al Asturlabi sangat layak untuk dijadikan sebagai teladan bagi para Muslimah di abad ‘Milenial’ saat ini. Kegigihan, dan keunikan bakat yang dia miliki patut untuk ditumbuhkembangan di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Meskipun Maryam Al Asturlabi merupakan kasus langka yang tidak banyak sumber informasi dan literatur yang menceritakan tentangnya.
Pencapaian umat Islam sebenarnya adalah hadirnya peradaban Islam yang tetap memelihara teori ilmu sebelumnya dan melurusan kesalahan. Mereka yang mengubah ilmu tersebut dari sebatas teori menjadi eskperimen ilmiah. Semangat kreativitas umat Islam dalam menorehan karya-karyanya selalu disertai dengan kesadaran hubungan pada Allah (idrak silatubillah), bahwa segala aktivitas yang mereka lakukan semata-mata tertuju pada kemaslahatan umat. Sayangnya, saat ini ketika umat Islam tidak lagi hidup dibawah naungan Peradaban Islam semangat keilmuwan itu menurun dan stagnan. Meski banyak dari kalangan umat Islam yang peduli dengan dunia pendidikan, tetapi itu ditujukan untuk mencari ‘manfaat’ diri sendiri. Inilah tradisi ilmu yang sifatnya materialis, bahkan tak jarang potensi kreativitas itu dimanfaatkan oleh Negara-Negara Barat.
Berkaryalah untuk kebangkitan umat, dan kemuliaanya ! Meski di tengah keterpurukan zaman yang begitu parah, kita harus tetap ‘sadar’ dan ‘siap’ untuk menjadi pelopor perubahan. Dengan senantiasa menjadikan Islam sebagai pandangan hidup dan jalan hidup. Tetap optimis dalam meraih cita-cita peradaban mulia.
Referensi :
http://mosaicofmuslimwomen.com/2012/01/then-mariam-al-astrolabiya-al-ijliya-scientist-inventor/
http://www.visimuslim.net/2016/05/maryam-al-asturlabi-teladan-ilmuwan.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/02/25/n1iv34-mariam-alijliya-muslimah-pembuat-astrolobe
Astrolobe juga digunakan untuk mengetahui waktu dan sebagai navigasi dengan cara mencari lokasi berdasarkan lintang dan bujur. Sedangkan, bagi umat Muslim astrolobe digunakan untuk menentukan kiblat, waktu shalat, dan awal Ramadahan serta Idul Fitri.
Astrolobe dikenal dengan ponsel pintar kuno. Saat ini, kita mengenal astrolobe sebagai versi modern Global Positioning System (GPS).
Kerajinan astrolobe sangat berkembang pesat pada abad kesembilan hingga 10. Teknik ini pun tidak sembarang orang dapat menguasainya.
Ketika itu, orang yang ahli dalam membuat astrolobe disebut sebagai insinyur mesin. Mariam merupakan wanita pertama yang dikenal sebagai insinyur mesin dalam bidang astronomi.
Tapi, belum banyak artikel atau ulasan yang mengisahkan insinyur astronom wanita pertama dalam masa awal kebangkitan Islam.
Meskipun sangat sedikit disebutkan, kisah Mariam sangat dikenal di Eropa. Di kalangan ilmuwan Eropa, Mariam mendapat julukan al-Astrolobe. Dia merupakan seorang wanita Muslimah pemberani dan canggih dalam dunia ilmu pengetahuan.
Akibat keahliannya dan kepintaraanya, banyak ilmuwan Eropa yang berkiblat padanya. Sehingga, ilmu astronomi dapat berkembang pesat seperti saat ini.
Hadirnya sosok Muslimah penemu astrolobe ini, cukuplah menjadi bukti kesuksesan peradaban Islam memberi perhatian besar terhadap wanita. Islam tidak memandang wanita sebagai warga ‘kelas kedua’, yang hanya diposisikan sebagai pemuas hawa nafsu para lelaki. Namun, Islam yang berasal dari Allah SWT memandang wanita sebagai ciptaan yang mulia dan terjaga. Islam senantiasa mendorong setiap Muslim dan Muslimah untuk berlomba-lomba dalam menimba ilmu. Maryam Al Asturlabi sangat layak untuk dijadikan sebagai teladan bagi para Muslimah di abad ‘Milenial’ saat ini. Kegigihan, dan keunikan bakat yang dia miliki patut untuk ditumbuhkembangan di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Meskipun Maryam Al Asturlabi merupakan kasus langka yang tidak banyak sumber informasi dan literatur yang menceritakan tentangnya.
Pencapaian umat Islam sebenarnya adalah hadirnya peradaban Islam yang tetap memelihara teori ilmu sebelumnya dan melurusan kesalahan. Mereka yang mengubah ilmu tersebut dari sebatas teori menjadi eskperimen ilmiah. Semangat kreativitas umat Islam dalam menorehan karya-karyanya selalu disertai dengan kesadaran hubungan pada Allah (idrak silatubillah), bahwa segala aktivitas yang mereka lakukan semata-mata tertuju pada kemaslahatan umat. Sayangnya, saat ini ketika umat Islam tidak lagi hidup dibawah naungan Peradaban Islam semangat keilmuwan itu menurun dan stagnan. Meski banyak dari kalangan umat Islam yang peduli dengan dunia pendidikan, tetapi itu ditujukan untuk mencari ‘manfaat’ diri sendiri. Inilah tradisi ilmu yang sifatnya materialis, bahkan tak jarang potensi kreativitas itu dimanfaatkan oleh Negara-Negara Barat.
Berkaryalah untuk kebangkitan umat, dan kemuliaanya ! Meski di tengah keterpurukan zaman yang begitu parah, kita harus tetap ‘sadar’ dan ‘siap’ untuk menjadi pelopor perubahan. Dengan senantiasa menjadikan Islam sebagai pandangan hidup dan jalan hidup. Tetap optimis dalam meraih cita-cita peradaban mulia.
Referensi :
http://mosaicofmuslimwomen.com/2012/01/then-mariam-al-astrolabiya-al-ijliya-scientist-inventor/
http://www.visimuslim.net/2016/05/maryam-al-asturlabi-teladan-ilmuwan.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/02/25/n1iv34-mariam-alijliya-muslimah-pembuat-astrolobe